Minggu, 16 Juni 2013

Manusia dan penderitaan


BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Manusia adalah mahkluk social yang mengalami dan  dihadapkan pada dua percobaan yaitu menggembirakan dan menyakitkan. Cobaan ini adalah suatu rintangan atau tahapan menguji manusia di dalam kedidupan, apabila mampu menyelesaikan atau melewatinya dengan baik akan mendapatkan pahala dan bila mengingkarinya ketentuan yang ada akan tenggelam dalam penderitaan. Terkadang seseorang menjalani kehidupan ini sering kali tergelincir akibat keterlenaan akan kegembiraannya, padahal kegembiraan ini juga termasuk cobaan. Ada juga yang menjalani cobaan yang menyakitkan dan menyusahkan sehingga tidak dapat menjalaninya, maka orang tersebut akan frustasi dan meluapkan emosinya tanpa control. Sikap ini malah akan menjadi penderitaan bagi orang tersebut.
Pada dasarnya manusia dan penderitaan itu berdampingan. Setiap manusia pernah mengalami penderitaan dalam hidup nya. Penderitaan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan yang dialami oleh manusia.
Penderitaan ada yang berasal karena Tuhan dan ada juga yang berasal karena ulah manusia itu sendiri. Tuhan memberikan penderitaan kepada manusia agar manusia itu sadar dan berubah menuju jalan yang lurus yang telah ditentukan oleh Nya. Dibalik sebuah penderitaan manusia terdapat hikmah-hikmah yang positif yang bisa diambil oleh manusia untuk bisa merubah hidup nya menjadi jauh lebih baik lagi .
Manusia di dunia ini tidak akan pernah lepas dari yang namanya masalah baik menyusahkan ataupun menggembirakan. Masalah timbul karena adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Proses ini sering sekali dihadapkan pada liku-liku kehidupan sehingga sering dianggap sebagai penderitaan. Penderitaan dan kebahagian datang tak dapat kita duga, sehingga manusia dituntun untuk selalu siap dan siaga untuk menghadapi ini dengan rasa suka dan duka. kita perlu belajar dari pengalaman dan segera cepatlah bangkit dari kegelinciran itu. Dan terkadang hal penunjang terabaikan sehingga menambah masalah baru. Kita juga bukan hanya menunggu  tetapi kita perlu mencari solusinya.
B.     RUMUSAN MASALAH
                         1.            Apakah Pengertian dari manusia?
                         2.            Apakah Pengertian dari penderitaan?
                         3.            Apa saja sebab dan bentuk penderitaan itu?
                         4.            Bagaimana penderitaan dalam pandangan islam?
                         5.            Bagaimana hubungan penderitaan dengan manusia?

BAB II
PEMBAHASAN
A.    PENGERTIAN MANUSIA
Pengertian manusia menurut para ahli, menurut :
Nicolaus D. & A. Sudiarja, Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu barang.
Abineno J. I, manusia adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana".
Upanisads, manusia adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau badan fisik.
Sokrates, manusia adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar.
Kees Bertens, manusia adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak dinyatakan.
I Wayan Watra, manusia adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan karsa.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
Erbe Sentanu, manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk yang lain.
Paula J. C & Janet W. K, manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi, mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.
Jadi, manusia adalah makhluk mulia yang dibentuk dari kesatuan antara jasad dan jiwa. Dari penjelasan di atas, agamawan dapat berkomentar, bahwa pengetahuan tentang manusia demikian itu disebabkan karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang dalam unsur penciptaannya terdapat ruh Ilahi sedang manusia tidak diberi pengetahuan tentang ruh, kecuali sedikit " Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit.(QSAl-Isra'[17]:85)."

      Dr. M. Quraish Shihab mengutarakan " Ada tiga kata yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada manusia.
1.      Menggunakan kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin, semacam insan, ins, nas, atau unas.
2.      Menggunakan kata basyar.
3.      Menggunakan kata Bani Adam, dan zuriyat Adam.
Uraian ini akan mengarahkan pandangan secara khusus kepada kata basyar dan kata insan. Kata basyar terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain. Al-Quran menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad Saw. diperintahkan untuk menyampaikan bahwa, "Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu (QS Al-Kahf [18]: 110)".
Kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti jinak, harmonis, dan tampak. Pendapat ini, jika ditinjau dari sudut pandang Al-Quran lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dan kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).
Kitab Suci Al-Quran --seperti tulis Bint Al-Syathi' dalam Al-Quran wa Qadhaya Al-Insan-- seringkali memperhadapkan insan dengan jin/jan. Jin adalah makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia adalah makhluk yang nyata lagi ramah. Kata insan, digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan.
B.     PENGERTIAN PENDERITAAN
Penderitaan dari kata derita. Kata derita berasal dari kata bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Yang termasuk penderitaan itu ialah keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain-lain.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menguraikan tentang penderitaan yang dialami manusia, yang berisi tentang peringatan bagi manusia.
Allah Berfirman yang artinya
"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah" (Q.S al-lahab)
Ayat tersebut harus diartikan, bahwa manusia harus bekerja keras untuk dapat melangsungkan hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam (menaklukan alam), menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak boleh lupa untuk taqwa terhadap Tuhan. Apabila manusia melalaikan salah satu darinya, atau kurang sungguh-sungguh menghadapinya, maka akibatnya manusia akan menderita. Bila manusia itu sudah berkeluarga, maka penderitaan juga dialami oleh keluarganya. Penderitaan semacam itu karena kesalahanya sendiri.
Berbagai kasus penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan dalam hidupnya? Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis, penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalarn menyelesaikan soal-soal psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Sekali lagi semuanya itu merupakan "resiko" karena seseorang mau'hidup. Sehingga enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara merupakan dua sisi atau masalah yang wajib diatasi.
C.    SEBAB DAN BENTUK PENDERITAAN
            Hal-hal yang dapat membuat seseorang menderita antara lain adalah siksaan dan kekalutan mental. siksaan dapat diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Bentuk-bentuk Siksaan yang sifatnya secara psikis adalah kebimbangan, kesepian dan ketakutan. Kebimbangan dialami seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana yang akan diambil. Kesepian adalah suatu rasa sepi dalam dirinya atau jiwanya walaupun ia di lingkungan yang ramai. Ketakutan merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan bathin. Bila Rasa Takut itu dibesar-besarkan dengan tidak pada tempatnya, disebut sebagai phobia. Bentuk-bentuk phobia antara lain, claustrophobia (di ruang tertutup), agora phobia (di tempat terbuka), gamang (di tempat tinggi), kegelapan, kesakitan, kegagalan, dll.
Apabila dikelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab – sebab timbulnya penderitaa, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:
a) Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini terkadang disebut nasib buruk. Nasib buruk tersebut dapat berubah menjadi baik. Dengan kata lain manusia itu sendirilah yang dapat memperbaiki nasibnya. Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya. Perbuatan manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia. Tetapi kadang manusia itu sendiri tidak menyadarinya, contohnya kita membuang sampah sembarangan sehingga menyebabkab banjir.  
b) Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakan dan optimisme dapat menjadi usaha untuk mengatasi penderitaan tersebut.

Penderitaan Dan Sebab- Sebabnya
Berdasarkan sebab timbulnya penderitaan, maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
  1. Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia :
  2. Perbuatan semena-mena kepada pembantu rumah tangga,
  3. Perbuatan buruk orang tua yang menganiaya anak,
  4. Perbuatan buruk para pejabat zaman orde lama,
  5. Perbuatan buruk manusia terhadap lingkungan : banjir dan tanah longsor, perbuatan lalai : gas beracun.
  6. Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan, seperti :
  • Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan,
  • Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan, tetapi dengan sabar menerima cobaan ini,
  • Tenggelamnya Fir’aun di laut Merah.
Kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah kurang wajar.
Gejala-gejala permulaan seseorang mengalami kekalutan mental :
  1.  Nampak pada jasmani : merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
  2.  Nampak pada kejiwaan : rasa cemas, ketakutan patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahapan-tahapan gangguan kejiwaan adalah :
  • Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan Si Penderita baik jasmi maupun rohani,
  • Usaha mempertahankan diri dengan cara negative,
  • Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown).
Sebab-sebab timbulnya kekalutan mental :
  • Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna,
  • Terjadinya konflik sosial budaya akibat norma, berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi,
Cara pematangan batin yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.
Proses-proses kekalutan mental yang dialami seseorang mendorongnya ke arah :
  1. Positif : trauma (luka jiwa), survive dalam hidup,
  2. Negatif : trauma diperlarutkan atau diperturutkan akhirnya frustasi.
Bentuk-Bentuk Frustasi
  1. Agresi : kemarahan yang meluap-luap akibat emosi tidak terkendali,
  2. Regresi : kembali pada pola reaksi primitif atau kekanak-kanakan,
  3. Fiksasi : pembatasan pada satu pola yang sama,
  4. Proyeksi : memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain,
  5. Identifikasi : menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasinya,
  6. Narsisme : merasa dirinya lebih superior daripada orang lain,
  7. Autisme : gejala menutup diri secara total dari dunia riil, puas dengan fantasinya sendiri.
Penderita kekalutan mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
  • Kota-kota besar,
  • Anak-anak muda usia,
  • Wanita,
  • Orang yang tidak beragama,
  • Orang-orang yang terlalu mengejar materi.
Pengaruh Penderita..
Sikap yang timbul pada orang yang mengalami penderitaan berupa sikap positif ataupun sikap negatif.Contoh sikap negatif yaitu penyesalan karena tidak bahagia, sikap kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat timbul sikap anti, misalkan tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Apabila sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan penilaiannya.
PENDERITAAN

            Penderitaan termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan kebahagiaan.
            Akibat penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan, ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu, penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak saudara.
            Mengenai penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard (1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar, masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya. Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf eksistensial yang besar.
            Penderitaan Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil. Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.
            Lain lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.
            Masih banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6 tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus Tokoh Besar Dunia).

D.    PENDERITAAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Penderitaan seseorang menurut pandangan agama khususnya. Islam disebabkan oleh dua kemungkinan. Pertama,karena ujian Allah, kedua karena bala’ atau siksa Allah. Mari kita ikuti firman-Nya yang terdapat dalam Al-Quran surat Al-Baqoroh ayat 155,yang artinya :
Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan,kelaparan,kekurangan harta,jiwa,dan buah-buahan.”
Selanjutnya marilah kita ikuti firman-Nya dalam surat Ar-Rum,ayat 41 yang artinya:
Telah timbul kerusakan di darat dan di laut disebabkan ulah tangan manusia; karena Tuhan hendak merasakan kepada mereka sebagian dari akibat perbuatan mereka,supaya mereka kembali kepada kebenaran.”
Bila kita mengalami suatu penderitaan, maka sikap kita yang paling jitu adalah “mawas diri”.Dengan jalan itu dapat memperoleh jawaban penderitaan sebagai ujian Allah ,sehingga kita bersabar atau tawakkal sambil berikhtiar menyingkirkan penderitaan itu.Mari kita ikuti sabda Nabi Muhammad saw.
“Jikalau kamu sungguh-sungguh tawakkal kepada Allah,maka Allah akan memberi rizki kepadamu sebagaimana Allah member rizki kepada burung-burung yang lapar pada waktu pagi dan kenyang pada waktu sore hari.”
Namun Allah lebih tegas dalam firman-Nya tersirat dalam Surat Ar-Ra’d, ayat 11 yang artinya :
“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, apabila kaum itu tidak berusaha mengubah sendiri nasibnya.”
kita lakukan, dengan janji tidak akan mengulangi lagi.Untuk itu Tuhan Allah telah berjanji dalam Al-Quran surat An-Nur,ayat 31 yang artinya :
“Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang beriman,mudah-mudahan kamu mendapatkan kebahagiaan.”
Kesimpulan yang kita peroleh bahwa penderitaan itu merupakan siksa ,rasanya tidak ada jalan lain kecuali menyesali perbuatan-perbuatan yang tidak baik yang pernah salah satu bentuk penderitaan adalah sakit, dalam Islam ada maksud tertentu dari Allah atas penyakit yang diderita hamba-Nya. Dalam buku Panduan Menghadapi Sakit dan Kematian karya Ahmad Yani, disebutkan terdapat lima keutamaan sakit menurut Islam: 
           1.            Menghapus Dosa
Ini merupakan keutamaan yang besar dari Allah Swt karena dengan sakit yang diderita oleh seorang muslim, dosa yang pernah dilakukannya bisa terhapus karena penderitaannya dalam menghadapi penyakit menjadi kafarat (penebus) dosanya,Rasulullah Saw bersabda:
“Tiada seorang mu’min yang rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya” (HR. Bukhari). 
           2.            Tetap Mendapatkan Pahala Dari Amal Kebaikan Yang Biasa Dilakukannya Diwaktu Sehat
Hal ini karena ia tidak bisa menjalankan amal kebaikan itu bukan karena ia tidak mau, tetapi karena ia dalam keadaan sakit. misalnya kalau kita biasa ke masjid untuk shalat berjamaah, tentu kita mendapatkan pahala yang besar, setiap langkahnya diangkat baginya satu derajat dan dihapuskan satu kesalahannya kemudian malaikat akan terus mengucapkan shalawat (memintakan ampunan) kepadanya, selama dia masih berada di ruangan shalat tersebut , namun pada saat kita sakit tentu tidak bisa ke masjid tapi kita tetap mendapat pahalanya.

Rasulullah Saw bersabda: “Apabila salah seorang hamba sakit atau bepergian (safar), maka Allah mancatat pahalanya seperti pahala amal yang dikerjakannya sewaktu ia tidak bepergian atau sehat.” (HR. Bukhari).
Di dalam hadist lain, Rasulullah Saw bersabda yang menguatkan hadits di atas:
“Apabila seorang hamba sakit sedang dia biasa melakukan suatu kebaikan, maka Allah berfirman kepada malaikat: “Catatlah bagi hamba-Ku pahala seperti yang biasa ialakukan ketika sehat.” (HR. Abu Hanifah). 
           3.            Memperoleh Pahala Kebaikan
Segala sesuatu yang terjadi pada manusia pasti ada hikmahnya. Seorang muslim yang sabar dalam menghadapi penyakit maka baginya pahala kebaikan.
Rasulullah Saw bersabda:
“Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa.” (HR. Bukhari).
Di dalam hadits lain yang senada tentang ini, Rasulullah Saw bersabda:
Barangsisapa dikehendaki oleh Allah kebaikan baginya, maka dia (diuji) dengan suatu musibah. (HR. Bukhari). 
           4.            Memperoleh Derajat Yang Tinggi di Sisi Allah SWT
Hal ini karena di dalam surga ada derajat tertentu yang harus dicapai, bila seorang muslim tidak mampu mencapainya dengan suatu amal, maka ia bisa memperoleh derajat yang tinggi itu dengan musibah atau penyakit yang dideritanya, misalnya mati syahid merupakan kematian yang sangat mulia, dia bisa dicapai dengan cara berperang di jalan Allah dan mati pada saat peperangan itu, namun bila seseorang ingin memperoleh kematian yang mulia itu, tapi perang di jalan Allah secara fisik tidak terjadi, maka ia tetap bisa mendapatkan derajat mati syahid dengan penyakit yang menimpa sehingga menyebabkan kematiannya.

Rasulullah saw bersabda: 
“Wabah adalah syahadah (mati syahid) bagi setiap muslim.”(HR. Bukhari)

Di dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda:
“Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat mencapainya dengan amal-amal kebaikannya, maka Allah menguji dan mencobanya agar dia dapat mencapai derajat itu.” (HR. Thabrani) 
           5.            Memperoleh Ganjaran Berupa Surga
Manakala seorang muslim menghadapi penyakit dengan penuh kesabaran, misalnya penyakit yang sangat menyulitkan penderitanya dalam kehidupan ini seperti buta matanya,
Rasulullah saw bersabda:
“Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan membutakan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku ganti kedua matanya itu dengan surga.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian, meskipun tidak menyenangkan, sakit merupakan ujian yang dapat memberikan keutamaan dan manfaat yang besar, baik bagi si penderita maupun keluarganya. Oleh karena itu, penyakit harus dihadapi dengan sikap, pemikiran dan prilaku yang positif. Ingat hukum Law of Attraction, kalau kita selalu berlaku positif, maka yang hal positif tersebut InsyaAllah akan datang ke kita. Misalnya ketika sakit kita berpikiran dan memasukkan ke alam bawah sadar “sehat, kuat, sabar!!”. Maka hal tersebut dapat mempercepat kesembuhan kita.
           6.            Hikmah Sakit
Sakit adalah kondisi yang tidak diinginkan oleh semua orang. Setiap orang ingin selalu sehat dan berupaya menjaga kesehatan. Namun, sakit kadang mesti diterima sebagai takdir dan cobaan. Setiap Muslim wajib percaya Allah SWT yang menurunkan penyakit, dan hanya Dia yang MahaKuasa menyembuhkan.
Rasulullah SAW bersabda, ”Berobatlah, Allah tidak mengadakan penyakit melainkan Ia mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit. Sahabat bertanya, ‘Penyakit apakah?’ Dijawab, ‘penyakit karena tua’.” (HR Ahmad).

Sakit yang menimpa manusia mengandung hikmah di sisi Allah SWT. 
”Setiap cobaan apa saja yang menimpa seorang Muslim, sampai sebuah tusukan duri, adalah karena salah satu dari dua sebab, yakni karena Allah hendak mengampuni kesalahannya yang tidak dapat diampuni melainkan dengan cobaan itu, atau Allah hendak memberi suatu kemuliaan yang tidak dapat dicapainya kecuali melalui cobaan itu.” (HR Ibnu Abi Dunya).

Dalam buku Etika Kedokteran dalam Islam karya Dr H Ali Akbar, diuraikan kewajiban orang sakit, yaitu berobat, mematuhi nasihat dan petunjuk dokter, sabar dan jangan gelisah, ingat kepada Allah SWT, menyadari hikmah sakit, bertobat, tetap berpengharapan sembuh, berwasiat (jika sakit keras), dan berbaik sangka kepada Allah SWT.

Islam juga mewajibkan berobat bila sakit. Sementara sang dokter diwajibkan mengobati pasien. Segala penyakit yang diderita seseorang tetap ada harapan untuk sembuh dengan izin Allah SWT tentunya, kecuali penyakit karena gejala umur yang disebut syaikhukhah dan sakit menjelang ajal.

Seorang ahli patologi terkemuka Inggris, Christine Galpin, mengatakan, ”Ilmu pengetahuan sangat sedikit mengetahui tentang ketuaan dan kematian.” Demikian pula dengan Imam Al-Qurthubi dalam kitabnya Tadzkirah Rahasia Kematian mengatakan, kematian adalah kafarat bagi seorang Muslim. Dalam pengertian tersebut, sakit yang diderita seorang Mukmin menjelang akhir hayatnya dapat dipandang sebagai tanda Mahakasih Allah SWT.  Diriwayatkan dari Abu Nu’aim bahwa Rasulullah SAW bersabda,  ”Sesungguhnya seorang Mukmin yang melakukan kesalahan lalu diperberat(sakitnya) pada saat kematian, niscaya kesalahannya itu dihapuskan. Seorang kafir yang melakukan kebajikan, dipermudah kematiannya sebagai balasan kebajikan yang telah dilakukannya.” Mengunjungi dan mendoakan orang sakit sangat dianjurkan dalam Islam. 
”Bila kalian berada dekat orang sakit atau baru meninggal dunia, ucapkanlah yang baik-baik, karena sesungguhnya malaikat akan mengaminkan apa-apa yang kalian ucapkan ketika itu.” (HR Muslim).
Selanjutnya patut diperhatikan makna hadis berikut, ”Janganlah salah seorang kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan sedang berbaik sangka kepada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).

E. HUBUNGAN MANUSIA DAN PENDERITAAN
            Penderitaan adalah sebuah kata yang sangat dijauhi dan paling tidak disenangi oleh siapapun. Orang bekerja membanting tulang siang malam demi keluarganya supaya tidak mengalami kekurangan dan kelaparan. Orang cepat-cepat pergi ke dokter bila merasa sakit, berupaya supaya tidak terlanda derita yang berkelanjutan. Dua contoh di atas merupakan hal diantara sekian banyak hal yang dapat menyebabkan orang menderita.
            Dalam diri manusia itu ada cipta, rasa ,dan karsa.Karsa adalah sumber yang menjadi penggerak segala aktifitas manusia. Cipta adalah realisasi dari adanya karsa dan rasa. Baik karsa maupun rasa selalu ingin dipuaskan.Karena selalu ingin dilayani, sedangkan rasa selalu ingin dipenuhi tuntutannya. Baru dalam keduanya menemukan yang dicarinya atau diharapkan manusia akan merasa senang,merasa bahagia.
            Apabila karsa dan rasa tidak terpenuhi apa yang dimaksudkan ,manusia akan merasa menderita. Jelaslah bahwa karsa dan rasa merupakan sumber penderitaan manusia.Apakah yang menjadikan manusia itu menderita? Jawabnya jelas adalah “rasa kurang pandai, kurang kaya, kurang beruntung, kurang tinggi pangkatnya dan sebagainya. Bagaimanapun tinggi pangkat seseorang, bagaimana kayanya seseorang,dan betapa pun pandainya seseorang, bila di dalam lubuk kalbunya masih ada rasa kurang, niscaya orang tersebut tidak pernah merasa bahagia. Jadi orang itu masih merasa menderita.
Rasa kurang mengakibatkan munculnya wujudnya penderitaan, bahkan lebih dari itu, yaitu “rasa takut”. Rasa takut setiap saat dan setiap tempat dapat muncul. Maka rasa takut itu merupakan musuh utama manusia (kata Dr.Orison Sweet Marden).
Pendapat itu bila kita pikir memang tidak salah, sebab akan lebih menderita karena takut lapar, takut gagal, takut sakit, takut mati dan sebagainya, dari pada menderita lapar, gagal, sakit, dan mati itu sendiri. Rasa takut itu justru sudah menyelinap dan datang menyerang kita sebelum bencana atau bahaya itu datang menyerangnya,
Sekarang yang paling penting adalah bagaimana upaya kita meniadakan rasa kurang dan rasa takut itu. Karena kedua rasa itu termasuk penyakit batin manusia, maka usaha terbaik ialah menyehatkan batin itu sendiri.
Rasa kurang itu muncul dikarenakan adanya anggapan lebih pada pihak lain. Orang merasa kurang kaya, kurang tinggi pangkatnya, karena orang itu melihat atau merasa ada orang lain lebih kaya, orang lain lebih tinggi pangkatnya.
Penyakit ini dapat diobati dengan cara menumbuhkan kesadaran terhadap adanya keadaan yang berlawanan dengan yang dijadikan perbandingan. Jadi bila orang itu merasa bahwa ada orang yang lebih kaya, maka orang itu harus yakin bahwa pasti ada orang yang lebih miskin daripada dirinya, dan sebagainya.  Dengan demikian InsyaAllah perasaan rasa kurang itu berangsur-angsur akan sirna dari dirinya. Pantaskah kiranya kita “bersedih” lantaran kita tidak dapat membeli sepatu baru,padahal disekitar kita banyak orang yang tidak mempunyai kaki? Dengan adanya perbandingan seperti contoh itu sepantasnyalah bahwa kita seharusnya selalu bersyukur. Dengan harapan akan terhindar dari belitan rasa kurang itu, bahkan akan mendapatkan rasa bahagia atau kepuasan. Allah sendiri telah berfirman dalam Al-Quran Surat Ibrahim,ayat 7,yang artinya,”Apabila kamu bersyukur niscaya akan Aku tambahkan kenikmatan bagimu;tetapi apabila kamu ingkari nikmatKu,maka sungguh siksaKu amat pedih.”
Untuk menghilangkan penyakit batin yang bernama “rasa takut” seharusnya kita menggunakan pikiran daripada perasaan. Kita harus dapat menemukan apa yang ditakutkan itu atau apa yang menyebabkan timbulnya rasa takut itu.Setelah menemukan,kita bertanya kepada batin kita,mengapa kita takut terhadap barang itu. Kita harus berusaha menjawab pertanyaan itu secara jujur.
Pikiran akan menjawab bahwa rasa takut itu sesungguhnya adalah suatu “akibat”. Karena setiap akibat bermula dari sebab,maka agar tidak ada rasa takut kita jangan membuat sebab. Untuk menanggulangi rasa takut tidak lulus ujian, kita harus berusaha belajar tekun, belajar giat. Mengapa merasa takut bersalah, kalau memang tidak melakukan kesalahan?

BAB III
PENUTUP
            Setiap manusia pasti pernah mengalami suatu penderitaan yang menyakitkan. Penderitaan hanya bisa kita rasakan dalam hati dan terjadi pada kenyataan hidup. Penderitaan bisa datang kapan saja tergantung kondisi diri kita sendiri. Penderitaan itu sangat menyakitkan dan sangat tidak menyenangkan, apalagi orang yang dekat dan orang yang kita sayang mengalami bencana rasanya hati ini tidak terima dengan kejadian tersebut. Kita sebagai manusia harus menerima suatu penderitaan dengan hati yang ikhlas karena itu merupakan suatu cobaan dari allah untuk mengukur seberapa ketabahan kita terhadap penderitaan tersebut. Allah maha mendengar dan Allah juga maha penyayang setiap umatnya yang mau mengikuti jalannya pasti Allah akan memberi apa yang mereka mau namun Allah akan mengujinya dulu dengan suatu cobaan yang berat. Manusia tidak akan pernah lepas dari suatu penderitaan baik secara fisik maupun secara batin. Manusia dan penderitaan saling berhubungan satu sama lain dan akan terus terikat. 

 
DAFTAR PUSTAKA

Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an Tafsir Mudhu'i Atas Pelbagai Persoalan Umat. MIZAN. Bandung 1996




Tidak ada komentar:

Posting Komentar