BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Manusia adalah mahkluk social yang mengalami dan
dihadapkan pada dua percobaan yaitu menggembirakan dan menyakitkan.
Cobaan ini adalah suatu rintangan atau tahapan menguji manusia di dalam
kedidupan, apabila mampu menyelesaikan atau melewatinya dengan baik akan
mendapatkan pahala dan bila mengingkarinya ketentuan yang ada akan tenggelam
dalam penderitaan. Terkadang seseorang menjalani kehidupan ini sering kali
tergelincir akibat keterlenaan akan kegembiraannya, padahal kegembiraan ini
juga termasuk cobaan. Ada juga yang menjalani cobaan yang menyakitkan dan
menyusahkan sehingga tidak dapat menjalaninya, maka orang tersebut akan
frustasi dan meluapkan emosinya tanpa control. Sikap ini malah akan menjadi
penderitaan bagi orang tersebut.
Pada dasarnya manusia dan penderitaan itu berdampingan.
Setiap manusia pernah mengalami penderitaan dalam hidup nya. Penderitaan adalah
sesuatu yang tidak menyenangkan yang dialami oleh manusia.
Penderitaan ada yang berasal karena Tuhan dan ada juga yang
berasal karena ulah manusia itu sendiri. Tuhan memberikan penderitaan kepada
manusia agar manusia itu sadar dan berubah menuju jalan yang lurus yang telah
ditentukan oleh Nya. Dibalik sebuah penderitaan manusia terdapat hikmah-hikmah
yang positif yang bisa diambil oleh manusia untuk bisa merubah hidup nya
menjadi jauh lebih baik lagi .
Manusia di dunia ini tidak akan pernah lepas dari yang
namanya masalah baik menyusahkan ataupun menggembirakan. Masalah timbul karena
adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Proses ini sering sekali
dihadapkan pada liku-liku kehidupan sehingga sering dianggap sebagai
penderitaan. Penderitaan dan kebahagian datang tak dapat kita duga, sehingga
manusia dituntun untuk selalu siap dan siaga untuk menghadapi ini dengan rasa
suka dan duka. kita perlu belajar dari pengalaman dan segera cepatlah bangkit
dari kegelinciran itu. Dan terkadang hal penunjang terabaikan sehingga menambah
masalah baru. Kita juga bukan hanya menunggu tetapi kita perlu mencari
solusinya.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Apakah
Pengertian dari manusia?
2.
Apakah
Pengertian dari penderitaan?
3.
Apa saja
sebab dan bentuk penderitaan itu?
4.
Bagaimana
penderitaan dalam pandangan islam?
5.
Bagaimana
hubungan penderitaan dengan manusia?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
MANUSIA
Pengertian manusia menurut para ahli, menurut :
Nicolaus D. & A. Sudiarja, Manusia adalah bhineka, tetapi tunggal. Bhineka karena ia adalah
jasmani dan rohani akan tetapi tunggal karena jasmani dan rohani merupakan satu
barang.
Abineno J. I, manusia
adalah "tubuh yang berjiwa" dan bukan "jiwa abadi yang berada
atau yang terbungkus dalam tubuh yang fana".
Upanisads, manusia
adalah kombinasi dari unsur-unsur roh (atman), jiwa, pikiran, dan prana atau
badan fisik.
Sokrates, manusia
adalah mahluk hidup berkaki dua yang tidak berbulu dengan kuku datar dan lebar.
Kees Bertens, manusia
adalah suatu mahluk yang terdiri dari 2 unsur yang kesatuannya tidak
dinyatakan.
I Wayan Watra, manusia
adalah mahluk yang dinamis dengan trias dinamikanya, yaitu cipta, rasa dan
karsa.
Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany, manusia adalah mahluk yang paling mulia, manusia adalah mahluk yang
berfikir, dan manusia adalah mahluk yang memiliki 3 dimensi (badan, akal, dan
ruh), manusia dalam pertumbuhannya dipengaruhi faktor keturunan dan lingkungan.
Erbe Sentanu, manusia adalah mahluk sebaik-baiknya ciptaan-Nya. Bahkan bisa dibilang
manusia adalah ciptaan Tuhan yang paling sempurna dibandingkan dengan mahluk
yang lain.
Paula J. C & Janet W. K, manusia adalah mahluk terbuka, bebas memilih makna dalam situasi,
mengemban tanggung jawab atas keputusan yang hidup secara kontinu serta turut
menyusun pola berhubungan dan unggul multidimensi dengan berbagai kemungkinan.
Jadi, manusia adalah
makhluk mulia yang dibentuk dari kesatuan antara jasad dan jiwa. Dari
penjelasan di atas, agamawan dapat berkomentar, bahwa pengetahuan tentang
manusia demikian itu disebabkan karena manusia adalah satu-satunya makhluk yang
dalam unsur penciptaannya terdapat ruh Ilahi sedang manusia tidak diberi
pengetahuan tentang ruh, kecuali sedikit " Dan mereka bertanya kepadamu tentang
roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu
diberi pengetahuan melainkan sedikit.(QSAl-Isra'[17]:85)."
Dr. M. Quraish Shihab mengutarakan " Ada tiga kata yang digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada manusia.
1.
Menggunakan
kata yang terdiri dari huruf alif, nun, dan sin, semacam insan, ins, nas, atau
unas.
2.
Menggunakan
kata basyar.
3.
Menggunakan
kata Bani Adam, dan zuriyat Adam.
Uraian ini akan mengarahkan pandangan secara khusus kepada
kata basyar dan kata insan. Kata basyar terambil dari akar kata
yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah. Dari akar
kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia dinamai basyar
karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.
Al-Quran menggunakan kata ini sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali
dalam bentuk mutsanna (dual) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta
persamaannya dengan manusia seluruhnya. Karena itu Nabi Muhammad Saw.
diperintahkan untuk menyampaikan bahwa, "Aku adalah basyar (manusia)
seperti kamu yang diberi wahyu (QS Al-Kahf [18]: 110)".
Kata insan terambil dari akar kata uns yang berarti
jinak, harmonis, dan tampak. Pendapat ini, jika ditinjau dari sudut pandang
Al-Quran lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dan kata nasiya
(lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).
Kitab Suci Al-Quran --seperti tulis Bint Al-Syathi' dalam
Al-Quran wa Qadhaya Al-Insan-- seringkali memperhadapkan insan dengan jin/jan.
Jin adalah makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia adalah makhluk
yang nyata lagi ramah. Kata insan, digunakan Al-Quran untuk menunjuk kepada
manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga. Manusia yang berbeda antara
seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental, dan kecerdasan.
B.
PENGERTIAN
PENDERITAAN
Penderitaan dari kata derita. Kata derita berasal dari kata
bahasa Sansekerta dhra artinya menahan atau menanggung. Derita artinya
menanggung atau merasakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Penderitaan itu
dapat lahir atau batin, atau lahir batin. Yang termasuk penderitaan itu ialah
keluh kesah, kesengsaraan, kelaparan, kekenyangan, kepanasan, dan lain-lain.
Dalam Al-Qur’an banyak ayat yang menguraikan tentang penderitaan
yang dialami manusia, yang berisi tentang peringatan bagi manusia.
Allah Berfirman yang artinya
"Sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah" (Q.S al-lahab)
Ayat tersebut harus
diartikan, bahwa manusia harus bekerja keras untuk dapat melangsungkan
hidupnya. Untuk kelangsungan hidup ini manusia harus menghadapi alam
(menaklukan alam), menghadapi masyarakat sekelilingnya, dan tidak boleh lupa
untuk taqwa terhadap Tuhan. Apabila manusia melalaikan salah satu darinya, atau
kurang sungguh-sungguh menghadapinya, maka akibatnya manusia akan menderita.
Bila manusia itu sudah berkeluarga, maka penderitaan juga dialami oleh keluarganya.
Penderitaan semacam itu karena kesalahanya sendiri.
Berbagai kasus
penderitaan terdapat dalam kehidupan. Banyaknya macam kasus penderitaan sesuai
dengan liku-liku kehidupan manusia. Bagaimana manusia menghadapi penderitaan
dalam hidupnya? Penderitaan fisik yang dialami manusia tentulah diatasi secara
medis untuk mengurangi atau menyembuhkannya. Sedangkan penderitaan psikis,
penyembuhannya terletak pada kemampuan si penderita dalarn menyelesaikan
soal-soal psikis yang dihadapinya. Para ahli lebih banyak membantu saja. Sekali
lagi semuanya itu merupakan "resiko" karena seseorang mau'hidup.
Sehingga enak atau tidak enak, bahagia atau sengsara merupakan dua sisi atau
masalah yang wajib diatasi.
C. SEBAB DAN BENTUK
PENDERITAAN
Hal-hal yang
dapat membuat seseorang menderita antara lain adalah siksaan dan kekalutan
mental. siksaan dapat
diartikan sebagai siksaan badan atau jasmani dan dapat juga berupa siksaan jiwa atau rohani. Akibat siksaan
yang dialami seseorang, timbullah penderitaan. Bentuk-bentuk
Siksaan yang sifatnya secara
psikis adalah kebimbangan, kesepian dan ketakutan. Kebimbangan
dialami seseorang bila ia pada suatu saat tidak dapat menentukan pilihan mana
yang akan diambil. Kesepian adalah suatu rasa sepi dalam dirinya
atau jiwanya walaupun ia di lingkungan yang ramai. Ketakutan
merupakan bentuk lain yang dapat menyebabkan seseorang mengalami siksaan
bathin. Bila Rasa Takut itu dibesar-besarkan dengan tidak pada
tempatnya, disebut sebagai phobia. Bentuk-bentuk phobia antara
lain, claustrophobia (di ruang tertutup), agora phobia (di tempat terbuka),
gamang (di tempat tinggi), kegelapan, kesakitan, kegagalan, dll.
Apabila
dikelompokkan secara sederhana berdasarkan sebab – sebab timbulnya penderitaa,
maka penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut:
a) Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini terkadang disebut nasib buruk. Nasib buruk tersebut dapat berubah menjadi baik. Dengan kata lain manusia itu sendirilah yang dapat memperbaiki nasibnya. Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya. Perbuatan manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia. Tetapi kadang manusia itu sendiri tidak menyadarinya, contohnya kita membuang sampah sembarangan sehingga menyebabkab banjir.
Penderitaan yang menimpa manusia karena perbuatan buruk manusia dapat terjadi dalam hubungan sesama manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Penderitaan ini terkadang disebut nasib buruk. Nasib buruk tersebut dapat berubah menjadi baik. Dengan kata lain manusia itu sendirilah yang dapat memperbaiki nasibnya. Tuhan yang menentukan sedangkan nasib buruk itu manusia penyebabnya. Perbuatan manusia terhadap lingkungannya juga menyebabkan penderitaan manusia. Tetapi kadang manusia itu sendiri tidak menyadarinya, contohnya kita membuang sampah sembarangan sehingga menyebabkab banjir.
b) Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakan dan optimisme dapat menjadi usaha untuk mengatasi penderitaan tersebut.
Penderitaan manusia dapat juga terjadi akibat penyakit atau azab Tuhan. Namun kesabaran, tawakan dan optimisme dapat menjadi usaha untuk mengatasi penderitaan tersebut.
Penderitaan
Dan Sebab- Sebabnya
Berdasarkan sebab timbulnya penderitaan, maka
penderitaan manusia dapat diperinci sebagai berikut :
- Penderitaan yang timbul karena perbuatan buruk manusia :
- Perbuatan semena-mena kepada pembantu rumah tangga,
- Perbuatan buruk orang tua yang menganiaya anak,
- Perbuatan buruk para pejabat zaman orde lama,
- Perbuatan buruk manusia terhadap lingkungan : banjir dan tanah longsor, perbuatan lalai : gas beracun.
- Penderitaan yang timbul karena penyakit, siksaan/azab Tuhan, seperti :
- Seorang anak lelaki buta sejak dilahirkan,
- Nabi Ayub mengalami siksaan Tuhan, tetapi dengan sabar menerima cobaan ini,
- Tenggelamnya Fir’aun di laut Merah.
Kekalutan mental adalah gangguan kejiwaan akibat ketidak mampuan seseorang menghadapi
persoalan yang harus diatasi sehingga yang bersangkutan bertingkah kurang
wajar.
Gejala-gejala permulaan
seseorang mengalami kekalutan mental :
- Nampak pada jasmani : merasakan pusing, sesak napas, demam, nyeri pada lambung.
- Nampak pada kejiwaan : rasa cemas, ketakutan patah hati, apatis, cemburu, mudah marah.
Tahapan-tahapan
gangguan kejiwaan adalah :
- Gangguan kejiwaan nampak dalam gejala-gejala kehidupan Si Penderita baik jasmi maupun rohani,
- Usaha mempertahankan diri dengan cara negative,
- Kekalutan merupakan titik patah (mental breakdown).
Sebab-sebab timbulnya
kekalutan mental :
- Kepribadian yang lemah akibat kondisi jasmani atau mental yang kurang sempurna,
- Terjadinya konflik sosial budaya akibat norma, berbeda antara yang bersangkutan dengan apa yang ada dalam masyarakat sehingga ia tidak dapat menyesuaikan diri lagi,
Cara pematangan batin
yang salah dengan memberikan reaksi yang berlebihan terhadap kehidupan sosial.
Proses-proses kekalutan
mental yang dialami seseorang mendorongnya ke arah :
- Positif : trauma (luka jiwa), survive dalam hidup,
- Negatif : trauma diperlarutkan atau diperturutkan akhirnya frustasi.
Bentuk-Bentuk Frustasi
- Agresi : kemarahan yang meluap-luap akibat emosi tidak terkendali,
- Regresi : kembali pada pola reaksi primitif atau kekanak-kanakan,
- Fiksasi : pembatasan pada satu pola yang sama,
- Proyeksi : memproyeksikan kelemahan dan sikap-sikap sendiri yang negatif pada orang lain,
- Identifikasi : menyamakan diri dengan seseorang yang sukses dalam imajinasinya,
- Narsisme : merasa dirinya lebih superior daripada orang lain,
- Autisme : gejala menutup diri secara total dari dunia riil, puas dengan fantasinya sendiri.
Penderita kekalutan
mental banyak terdapat dalam lingkungan seperti :
- Kota-kota besar,
- Anak-anak muda usia,
- Wanita,
- Orang yang tidak beragama,
- Orang-orang yang terlalu mengejar materi.
Pengaruh
Penderita..
Sikap yang
timbul pada orang yang mengalami penderitaan berupa sikap positif ataupun sikap
negatif.Contoh sikap negatif yaitu penyesalan karena tidak bahagia, sikap
kecewa, putus asa, ingin bunuh diri. Kelanjutan dari sikap negatif ini dapat
timbul sikap anti, misalkan tidak mau kawin, tidak punya gairah hidup.
Apabila
sikap negatif dan sikap positif ini dikomunikasikan oleh para seniman kepada
para pembaca, penonton, maka para pembaca, para penonton akan memberikan
penilaiannya.
PENDERITAAN
Penderitaan
termasuk realitas dunia dan manusia. Intensitas penderitaan manusia
bertingkat-tingkat, ada yang berat dan ada juga yang ringan. Namun, peranan
individu juga menentukan berat-tidaknya Intensitas penderitaan. Suatu
perristiwa yang dianggap penderitaan oleh seseorang, belum tentu merupakan penderitaan
bagi orang lain. Dapat pula suatu penderitaan merupakan energi untuk bangkit
bagi seseorang, atau sebagai langkah awal untuk mencapai kenikmatan dan
kebahagiaan.
Akibat
penderitaan yang bermacam-macam. Ada yang mendapat hikmah besar dari suatu penderitaan,
ada pula yang menyebabkan kegelapan dalam hidupnya. Oleh karena itu,
penderitaan belum tentu tidak bermanfaat. Penderitaan juga dapat ‘menular’ dari
seseorang kepada orang lain, apalagi kalau yang ditulari itu masih sanak
saudara.
Mengenai
penderitaan yang dapat memberikan hikmah, contoh yang gamblang dapat dapat
dicatat disini adalah tokoh-tokoh filsafat eksistensialisme. Misalnya Kierkegaard
(1813-1855), seorang filsuf Denmark, sebelum menjadi seorang filsuf besar,
masa kecilnya penuh penderitaan. Penderitaan yang menimpanya, selain melankoli
karena ayahnya yang pernah mengutuk Tuhan dan berbuat dosa melakukan hubungan
badan sebelum menikah dengan ibunya, juga kematian delapan orang anggota
keluarganya, termaksud ibunya, selama dua tahun berturut-turut. Peristiwa ini
menimbulkan penderitaan yang mendalam bagi Soren Kierkegaard, dan ia
menafsirkan peristiwa ini sebagai kutukan Tuhan akibat perbuatan ayahnya.
Keadaan demikian, sebelum Kierkegaard muncul sebagai filsuf, menyebabkan
dia mencari jalan membebaskan diri (kompensasi) dari cengkraman derita dengan
jalan mabuk-mabukan. Karena derita yang tak kunjung padam, Kierkegaard mencoba
mencari “hubungan” dengan Tuhannya, bersamaan dengan keterbukaan hati ayahnya
dari melankoli. Akhirnya ia menemukan dirinya sebagai seorang filsuf
eksistensial yang besar.
Penderitaan
Nietzsche (1844-1900), seorang filsuf Prusia, dimulai sejak
kecil, yaitu sering sakit, lemah, serta kematian ayahnya ketika ia masih kecil.
Keadaan ini menyebabkan ia suka menyendiri, membaca dan merenung diantara
kesunyian sehingga ia menjadi filsuf besar.
Lain
lagi dengan filsuf Rusia yang bernama Berdijev (1874-1948). Sebelum dia
menjadi filsuf, ibunya sakit-sakitan. Ia menjadi filsuf juga akibat menyaksikan
masyarakatnya yang sangat menderita dan mengalami ketidakadilan.
Sama halnya dengan filsuf Sartre (1905-1980) yang
lahir di Paris, Perancis. Sejak kecil fisiknya lemah, sensitif, sehingga
dia menjadi cemoohan teman-teman sekolahnya. Penderitaanlah yang menyebabkan ia
belajar keras sehingga menjadi filsuf yang besar.
Masih
banyak contoh lainnya yang menunjukkan bahwa penderitaan tidak selamanya
berpengaruh negatif dan merugikan, tetapi dapat merupakan energi pendorong
untuk menciptakan manusia-manusia besar.
Contoh lain ialah penderitaan yang menimpa pemimpin
besar umat Islam, yang terjadi pada diri Nabi Muhammad. Ayahnya wafat
sejak Muhammad dua bulan di dalam kandungan ibunya. Kemudian, pada usia 6
tahun, ibunya wafat. Dari peristiwa ini dapat dibayangkan penderitaan yang
menimpa Muhammad, sekaligus menjadi saksi sejarah sebelum ia menjadi pemimpin
yang paling berhasil memimpin umatnya (versi Michael Hart dalam Seratus
Tokoh Besar Dunia).
D. PENDERITAAN DALAM PANDANGAN ISLAM
Penderitaan seseorang menurut pandangan agama khususnya. Islam
disebabkan oleh dua kemungkinan. Pertama,karena ujian Allah, kedua karena
bala’ atau siksa Allah. Mari kita ikuti firman-Nya yang terdapat dalam Al-Quran
surat Al-Baqoroh ayat 155,yang artinya :
“Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit
ketakutan,kelaparan,kekurangan harta,jiwa,dan buah-buahan.”
Selanjutnya
marilah kita ikuti firman-Nya dalam surat Ar-Rum,ayat 41 yang artinya:
“Telah timbul kerusakan di darat dan di laut disebabkan ulah
tangan manusia; karena Tuhan hendak merasakan kepada mereka sebagian dari
akibat perbuatan mereka,supaya mereka kembali kepada kebenaran.”
Bila kita mengalami suatu penderitaan, maka sikap kita yang paling
jitu adalah “mawas diri”.Dengan jalan itu dapat memperoleh jawaban penderitaan
sebagai ujian Allah ,sehingga kita bersabar atau tawakkal sambil berikhtiar
menyingkirkan penderitaan itu.Mari kita ikuti sabda Nabi Muhammad saw.
“Jikalau kamu sungguh-sungguh tawakkal kepada Allah,maka Allah akan
memberi rizki kepadamu sebagaimana Allah member rizki kepada burung-burung yang
lapar pada waktu pagi dan kenyang pada waktu sore hari.”
Namun
Allah lebih tegas dalam firman-Nya tersirat dalam Surat Ar-Ra’d, ayat 11 yang
artinya :
“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, apabila kaum itu tidak
berusaha mengubah sendiri nasibnya.”
kita lakukan, dengan janji tidak akan mengulangi lagi.Untuk itu
Tuhan Allah telah berjanji dalam Al-Quran surat An-Nur,ayat 31 yang artinya :
“Dan bertobatlah kamu sekalian kepada Allah wahai orang-orang yang
beriman,mudah-mudahan kamu mendapatkan kebahagiaan.”
Kesimpulan yang
kita peroleh bahwa penderitaan itu merupakan siksa ,rasanya tidak ada jalan
lain kecuali menyesali perbuatan-perbuatan yang tidak baik yang pernah salah
satu bentuk penderitaan adalah sakit, dalam Islam ada maksud tertentu dari Allah atas penyakit yang diderita hamba-Nya. Dalam
buku Panduan Menghadapi Sakit dan Kematian karya Ahmad Yani, disebutkan
terdapat lima keutamaan sakit menurut Islam:
1.
Menghapus Dosa
Ini merupakan keutamaan
yang besar dari Allah Swt karena dengan sakit yang diderita oleh seorang
muslim, dosa yang pernah dilakukannya bisa terhapus karena penderitaannya dalam
menghadapi penyakit menjadi kafarat (penebus) dosanya,Rasulullah Saw bersabda:
“Tiada seorang mu’min yang rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang
penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampai duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali
dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya” (HR. Bukhari).
2.
Tetap Mendapatkan Pahala Dari Amal Kebaikan Yang Biasa Dilakukannya Diwaktu
Sehat
Hal ini karena ia tidak
bisa menjalankan amal kebaikan itu bukan karena ia tidak mau, tetapi karena ia
dalam keadaan sakit. misalnya kalau kita biasa ke masjid untuk shalat berjamaah,
tentu kita mendapatkan pahala yang besar, setiap langkahnya diangkat baginya
satu derajat dan dihapuskan satu kesalahannya kemudian malaikat akan terus
mengucapkan shalawat (memintakan ampunan) kepadanya, selama dia masih berada di
ruangan shalat tersebut , namun pada saat kita sakit tentu tidak bisa ke masjid
tapi kita tetap mendapat pahalanya.
Rasulullah Saw
bersabda: “Apabila salah seorang hamba sakit atau bepergian (safar), maka
Allah mancatat pahalanya seperti pahala amal yang dikerjakannya sewaktu ia
tidak bepergian atau sehat.” (HR. Bukhari).
Di dalam hadist lain,
Rasulullah Saw bersabda yang menguatkan hadits di atas:
“Apabila seorang hamba sakit sedang dia biasa melakukan suatu kebaikan,
maka Allah berfirman kepada malaikat: “Catatlah bagi hamba-Ku pahala seperti
yang biasa ialakukan ketika sehat.” (HR. Abu Hanifah).
3.
Memperoleh Pahala Kebaikan
Segala sesuatu yang
terjadi pada manusia pasti ada hikmahnya. Seorang muslim yang sabar dalam
menghadapi penyakit maka baginya pahala kebaikan.
Rasulullah Saw
bersabda:
“Tiada seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih dari itu, kecuali Allah
mencatat baginya kebaikan dan menghapus darinya dosa.” (HR. Bukhari).
Di dalam hadits lain yang senada tentang ini, Rasulullah Saw bersabda:
“Barangsisapa dikehendaki
oleh Allah kebaikan baginya, maka dia (diuji) dengan suatu musibah. (HR.
Bukhari).
4.
Memperoleh Derajat Yang Tinggi di Sisi Allah SWT
Hal ini karena di dalam
surga ada derajat tertentu yang harus dicapai, bila seorang muslim tidak mampu mencapainya
dengan suatu amal, maka ia bisa memperoleh derajat yang tinggi itu dengan
musibah atau penyakit yang dideritanya, misalnya mati syahid merupakan kematian
yang sangat mulia, dia bisa dicapai dengan cara berperang di jalan Allah dan
mati pada saat peperangan itu, namun bila seseorang ingin memperoleh kematian
yang mulia itu, tapi perang di jalan Allah secara fisik tidak terjadi, maka ia
tetap bisa mendapatkan derajat mati syahid dengan penyakit yang menimpa sehingga
menyebabkan kematiannya.
Rasulullah saw bersabda:
“Wabah adalah syahadah (mati syahid) bagi setiap muslim.”(HR. Bukhari)
Di dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda:
“Seorang hamba memiliki suatu derajat di surga. Ketika dia tidak dapat
mencapainya dengan amal-amal kebaikannya, maka Allah menguji dan mencobanya
agar dia dapat mencapai derajat itu.” (HR. Thabrani)
5.
Memperoleh Ganjaran Berupa Surga
Manakala seorang muslim
menghadapi penyakit dengan penuh kesabaran, misalnya penyakit yang sangat
menyulitkan penderitanya dalam kehidupan ini seperti buta matanya,
Rasulullah saw bersabda:
“Apabila Aku menguji hamba-Ku dengan membutakan kedua matanya dan dia
bersabar, maka Aku ganti kedua matanya itu dengan surga.” (HR. Ahmad).
Dengan demikian,
meskipun tidak menyenangkan, sakit merupakan ujian yang dapat memberikan
keutamaan dan manfaat yang besar, baik bagi si penderita maupun keluarganya.
Oleh karena itu, penyakit harus dihadapi dengan sikap, pemikiran dan prilaku
yang positif. Ingat hukum Law of Attraction, kalau kita selalu berlaku positif,
maka yang hal positif tersebut InsyaAllah akan datang ke kita. Misalnya ketika
sakit kita berpikiran dan memasukkan ke alam bawah sadar “sehat, kuat,
sabar!!”. Maka hal tersebut dapat mempercepat kesembuhan kita.
6.
Hikmah Sakit
Sakit adalah kondisi
yang tidak diinginkan oleh semua orang. Setiap orang ingin selalu sehat dan
berupaya menjaga kesehatan. Namun, sakit kadang mesti diterima sebagai takdir
dan cobaan. Setiap Muslim wajib percaya Allah SWT yang menurunkan penyakit, dan
hanya Dia yang MahaKuasa menyembuhkan.
Rasulullah SAW bersabda, ”Berobatlah, Allah tidak mengadakan penyakit
melainkan Ia mengadakan pula obatnya, kecuali satu penyakit. Sahabat bertanya,
‘Penyakit apakah?’ Dijawab, ‘penyakit karena tua’.” (HR Ahmad).
Sakit yang menimpa
manusia mengandung hikmah di sisi Allah SWT.
”Setiap cobaan apa saja yang menimpa seorang Muslim, sampai sebuah tusukan
duri, adalah karena salah satu dari dua sebab, yakni karena Allah hendak
mengampuni kesalahannya yang tidak dapat diampuni melainkan dengan cobaan itu,
atau Allah hendak memberi suatu kemuliaan yang tidak dapat dicapainya kecuali
melalui cobaan itu.” (HR Ibnu Abi Dunya).
Dalam buku Etika
Kedokteran dalam Islam karya Dr H Ali Akbar, diuraikan kewajiban orang sakit,
yaitu berobat, mematuhi nasihat dan petunjuk dokter, sabar dan jangan gelisah,
ingat kepada Allah SWT, menyadari hikmah sakit, bertobat, tetap berpengharapan
sembuh, berwasiat (jika sakit keras), dan berbaik sangka kepada Allah SWT.
Islam juga mewajibkan
berobat bila sakit. Sementara sang dokter diwajibkan mengobati pasien. Segala
penyakit yang diderita seseorang tetap ada harapan untuk sembuh dengan izin
Allah SWT tentunya, kecuali penyakit karena gejala umur yang disebut
syaikhukhah dan sakit menjelang ajal.
Seorang ahli patologi
terkemuka Inggris, Christine Galpin, mengatakan, ”Ilmu pengetahuan sangat
sedikit mengetahui tentang ketuaan dan kematian.” Demikian pula dengan Imam
Al-Qurthubi dalam kitabnya Tadzkirah Rahasia Kematian mengatakan, kematian
adalah kafarat bagi seorang Muslim. Dalam pengertian tersebut, sakit yang
diderita seorang Mukmin menjelang akhir hayatnya dapat dipandang sebagai tanda
Mahakasih Allah SWT. Diriwayatkan dari Abu Nu’aim bahwa Rasulullah SAW
bersabda, ”Sesungguhnya seorang Mukmin yang melakukan kesalahan lalu
diperberat(sakitnya) pada saat kematian, niscaya kesalahannya itu dihapuskan.
Seorang kafir yang melakukan kebajikan, dipermudah kematiannya sebagai balasan
kebajikan yang telah dilakukannya.” Mengunjungi dan mendoakan orang sakit sangat
dianjurkan dalam Islam.
”Bila kalian berada
dekat orang sakit atau baru meninggal dunia, ucapkanlah yang baik-baik, karena
sesungguhnya malaikat akan mengaminkan apa-apa yang kalian ucapkan ketika itu.”
(HR Muslim).
Selanjutnya patut diperhatikan makna hadis berikut, ”Janganlah salah
seorang kalian meninggal dunia kecuali dalam keadaan sedang berbaik sangka
kepada Allah.” (HR Bukhari dan Muslim).
E. HUBUNGAN
MANUSIA DAN PENDERITAAN
Penderitaan adalah
sebuah kata yang sangat dijauhi dan paling tidak disenangi oleh siapapun. Orang
bekerja membanting tulang siang malam demi keluarganya supaya tidak mengalami
kekurangan dan kelaparan. Orang cepat-cepat pergi ke dokter bila merasa sakit, berupaya
supaya tidak terlanda derita yang berkelanjutan. Dua contoh di atas merupakan
hal diantara sekian banyak hal yang dapat menyebabkan orang menderita.
Dalam diri manusia
itu ada cipta, rasa ,dan karsa.Karsa adalah sumber yang menjadi penggerak
segala aktifitas manusia. Cipta adalah realisasi dari adanya karsa dan rasa. Baik
karsa maupun rasa selalu ingin dipuaskan.Karena selalu ingin dilayani, sedangkan
rasa selalu ingin dipenuhi tuntutannya. Baru dalam keduanya menemukan yang
dicarinya atau diharapkan manusia akan merasa senang,merasa bahagia.
Apabila karsa dan
rasa tidak terpenuhi apa yang dimaksudkan ,manusia akan merasa menderita. Jelaslah
bahwa karsa dan rasa merupakan sumber penderitaan manusia.Apakah yang
menjadikan manusia itu menderita? Jawabnya jelas adalah “rasa kurang pandai, kurang
kaya, kurang beruntung, kurang tinggi pangkatnya dan sebagainya. Bagaimanapun
tinggi pangkat seseorang, bagaimana kayanya seseorang,dan betapa pun pandainya
seseorang, bila di dalam lubuk kalbunya masih ada rasa kurang, niscaya orang
tersebut tidak pernah merasa bahagia. Jadi orang itu masih merasa menderita.
Rasa kurang mengakibatkan munculnya wujudnya penderitaan, bahkan
lebih dari itu, yaitu “rasa takut”. Rasa takut setiap saat dan setiap tempat
dapat muncul. Maka rasa takut itu merupakan musuh utama manusia (kata Dr.Orison
Sweet Marden).
Pendapat itu bila kita pikir memang tidak salah, sebab akan lebih
menderita karena takut lapar, takut gagal, takut sakit, takut mati dan
sebagainya, dari pada menderita lapar, gagal, sakit, dan mati itu sendiri. Rasa
takut itu justru sudah menyelinap dan datang menyerang kita sebelum bencana
atau bahaya itu datang menyerangnya,
Sekarang yang paling penting adalah bagaimana upaya kita meniadakan
rasa kurang dan rasa takut itu. Karena kedua rasa itu termasuk penyakit batin
manusia, maka usaha terbaik ialah menyehatkan batin itu sendiri.
Rasa kurang itu muncul dikarenakan adanya anggapan lebih pada pihak
lain. Orang merasa kurang kaya, kurang tinggi pangkatnya, karena orang itu
melihat atau merasa ada orang lain lebih kaya, orang lain lebih tinggi
pangkatnya.
Penyakit ini dapat diobati dengan cara menumbuhkan kesadaran
terhadap adanya keadaan yang berlawanan dengan yang dijadikan perbandingan. Jadi
bila orang itu merasa bahwa ada orang yang lebih kaya, maka orang itu harus
yakin bahwa pasti ada orang yang lebih miskin daripada dirinya, dan sebagainya. Dengan demikian InsyaAllah perasaan rasa
kurang itu berangsur-angsur akan sirna dari dirinya. Pantaskah kiranya kita
“bersedih” lantaran kita tidak dapat membeli sepatu baru,padahal disekitar kita
banyak orang yang tidak mempunyai kaki? Dengan adanya perbandingan seperti
contoh itu sepantasnyalah bahwa kita seharusnya selalu bersyukur. Dengan
harapan akan terhindar dari belitan rasa kurang itu, bahkan akan mendapatkan
rasa bahagia atau kepuasan. Allah sendiri telah berfirman dalam Al-Quran Surat
Ibrahim,ayat 7,yang artinya,”Apabila kamu bersyukur niscaya akan Aku
tambahkan kenikmatan bagimu;tetapi apabila kamu ingkari nikmatKu,maka sungguh
siksaKu amat pedih.”
Untuk menghilangkan penyakit batin yang bernama “rasa takut”
seharusnya kita menggunakan pikiran daripada perasaan. Kita harus dapat
menemukan apa yang ditakutkan itu atau apa yang menyebabkan timbulnya rasa
takut itu.Setelah menemukan,kita bertanya kepada batin kita,mengapa kita takut terhadap
barang itu. Kita harus berusaha menjawab pertanyaan itu secara jujur.
Pikiran akan menjawab bahwa rasa takut itu sesungguhnya adalah
suatu “akibat”. Karena setiap akibat bermula dari sebab,maka agar tidak ada
rasa takut kita jangan membuat sebab. Untuk menanggulangi rasa takut tidak
lulus ujian, kita harus berusaha belajar tekun, belajar giat. Mengapa merasa takut bersalah, kalau memang tidak
melakukan kesalahan?
BAB III
PENUTUP
Setiap manusia pasti pernah mengalami suatu penderitaan
yang menyakitkan. Penderitaan hanya bisa kita rasakan dalam hati dan terjadi
pada kenyataan hidup. Penderitaan bisa datang kapan saja tergantung kondisi
diri kita sendiri. Penderitaan itu sangat menyakitkan dan sangat tidak menyenangkan,
apalagi orang yang dekat dan orang yang kita sayang mengalami bencana rasanya
hati ini tidak terima dengan kejadian tersebut. Kita sebagai manusia harus
menerima suatu penderitaan dengan hati yang ikhlas karena itu merupakan suatu
cobaan dari allah untuk mengukur seberapa ketabahan kita terhadap penderitaan
tersebut. Allah maha mendengar dan Allah juga maha penyayang setiap umatnya yang
mau mengikuti jalannya pasti Allah akan memberi apa yang mereka mau namun Allah
akan mengujinya dulu dengan suatu cobaan yang berat. Manusia tidak akan pernah
lepas dari suatu penderitaan baik secara fisik maupun secara batin. Manusia dan
penderitaan saling berhubungan satu sama lain dan akan terus terikat.
DAFTAR PUSTAKA
Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur'an Tafsir Mudhu'i Atas Pelbagai Persoalan
Umat. MIZAN. Bandung 1996
Tidak ada komentar:
Posting Komentar