BAB I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Seperti
diketahui, bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib perguruan tinggi baik
negeri maupun swasta. Ada beberapa alasan pemerintah menetapkan hal itu. Alasan
yang umum, pembinaan terhadap para penutur bahasa yaitu agar mereka mampu
menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar harus terus menerus
dilaksanakan. Dalam makalah ini kami akan membahas hal yang penting dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia yaitu penalaran deduktif, induktif, serta
kesalahan dalam penalaran.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
yang dimaksud dengan penalaran ?
2.
Bagaimana
pembagian penalaran ?
BAB II
Pembahasan
A.
Penalaran
Deduktif
Sebelum membahas
tentang penalaran deduktif lebih baik kita mengetahui apa itu penalaran.
“Pernalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan
indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.”[1]
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi
yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap
benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak
diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Pernalaran juga
dapat diartikan suatu proses berpikir
manusia untuk menghubung-hubungkan data / fakta yang ada sehingga sampai pada
suatu simpulan. Fakta / data yang akan dinalar itu boleh benar dan juga tidak.
Dalam
penalaran, Kalimat pernyataan yang dapat dipergunakan sebagai data itu disebut
proposisi. proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis
(antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence).
Dalam penalaran terdapat dua cara untuk
menalar yaitu: Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif.
Penalaran deduktif bertolak dari sebuah konklusi atau simpulan yang
didapat dari satu atau lebih pernyataan yang lebih umum. Simpulan yang
diperoleh tidak mungkin lebih umum daripada proposisi tempat menarik simpulan
atau disebut premis.
Penarikan simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan
secara langsung dan dapat pula dapat dilakukan secara tak langsung.
1.
Menarik
Simpulan secara Langsung
Simpulan (konklusi) secara langsung ditarik dari satu premis.
Sebaliknya, konklusi yang ditarik dari dua premis disebut simpulan tak
langsung.
Misalnya :
1.
Semua
S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S. (simpulan)
Contoh :
Semua ikan berdarah dingin.
(premis)
Sebagian yang berdarah dingin adalah
ikan. (simpulan)
2.
Tidak
satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S.
(simpulan)
Contoh :
Tidak seekor nyamuk pun adalah lalat.
(premis)
Tidak seekor lalat pun adalah
nyamuk. (simpulan)
3.
Semua
S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P.
(simpulan)
Contoh :
Semua rudal aalah senjata berbahaya.
(premis)
Tidak satu pun rudal adalah senjata
tidak berbahaya. (simpulan)
4.
Tidak
satu pun S adalah P (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh :
Tidak seekor pun harimau adalah singa.
(premis)
Semua harimau adalah bukan singa.
(simpulan)
5.
Semua
S adalah P. (premis)
Tidak satu pun
S adalah tak-P. (simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S.
(simpulan)
Contoh :
Semua gajah adalah berbelalai.
(premis)
Tidak satu pun gajah adalah
takberbelalai. (simpulan)
Tidak satu pun yang takberbelalai
adalah gajah. (simpulan)
2.
Menarik
Simpulan secara Tidak Langsung
Penalaran deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak
langsung memerlukan dua premis sebagai data. Dari dua premis ini akan
dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang pertama adalah premis yang bersifat
umum dan premis yang kedua adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk menarik simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan
suatu premis (pernyataan dasar) yang bersifat pengetahuan yang semua orang
sudah tahu, umpamanya setiap manusia akan mati, semua ikan berdarah dingin,
semua sarjana adalah lulusan perguruan tinggi, atau semua pohon kelapa berakar
serabut.
Beberapa jenis penalaran deduksi dengan penarikan secara tidak
langsung sebagai berikut.
a.
Silogisme
Kategorial
Yang
dimaksud dengan silogisme kategorial ialah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi merupakan simpulan. Premis
yang bersifat umum disebut premis mayor dan premis yang bersifat khusus
disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat.
Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term
mayor.
Contoh :
Semua manusia bijaksana.
Semua polisi adalah manusia.
Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk menghasilkan simpulan harus
ada term penengah sebagai penghubung antara premis mayor dan premis minor. Term
penengah pada silogisme diatas adalah manusia. Term penengah hanya terdapat
pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau termpenengah tidak ada,
simpulan tidak dapat diambil.
Contoh :
Semua manusia tidak bijaksana.
Semua kera bukan manusia.
Jadi, (tidak ada simpulan).
Aturan umum
silogisme kategorial adalah sebagai berikut.
a)
Silogisme
harus terdiri atas tiga term, yaitu term mayor, term minor, dan term penengah.
Contoh :
Semua atlet
harus giat berlatih.
Xantipe adalah
seorang atlet.
Xantipe harus
giat berlatih.
Term mayor = Xantipe.
Term minor = harus
giat berlatih.
Term menengah = atlet.
Kalau lebih
dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh :
Gambar itu
menempel di dinding.
Dinding itu
menempel di tiang.
Dalam premis
ini terdapat empat term yaitu gambar, menempel didinding, dan dinding
menempel di tiang. Oleh sebab itu, di sini tidak dapat ditarik simpulan.
b)
Silogisme
terdiri atas tiga proposisi, yaitu premis mayor, premis minor, dan simpulan.
c)
Dua
premis yang negative tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh :
Semua semut
bukan ulat.
Tidak seekor
ulat pun adalah manusia.
d)
Bila
salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negative.
Contoh :
Tidak seekor
gajah pun adalah singa.
Semua gajah
berbelalai
Jadi, tidak
seekor singa pun berbelalai.
e)
Dari
premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.
Contoh :
Silakan anda buat penalaran itu.
f)
Dari
dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh :
Sebagian orang
jujur adalah petani.
Sebagian
pegawai negeri adalah orang jujur.
Jadi, . . . .
(tidak ada simpulan)
g)
Bila
salah satu premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh :
Semua mahasiswa
aalah lulusan SLTA.
Sebagian pemuda
adalah mahasiswa.
Jadi, sebagain
pemuda adalah lulusan SLTA.
h)
Dari
premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatife tidak dapat ditarik
satu simpulan.
Contoh :
Beberapa
manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor
binatang pun adalah manusia.
Jadi, . . . .
(tidak ada simpulan)
b.
Silogisme
Hipotesis
Silogosme hipotesis adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor
yang berproposisi kondisional hipotesis.
Kalau premis minornya membenarkan anteseden, simpulannya
membenarkan konsekuen. Kalau premis minornya menolak anteseden, simpulannya
juga menolak konsekuen.
Contoh :
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi dipanaskan.
Jadi, besi memuai.
Jika besi tidak dipanaskan, besi tidak akan memuai.
Besi tidak dipanaskan.
Jadi, besi tidak akan memuai.
c.
Silogisme
Alternatif
Silogisme
alternatife adalah silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi
alternative. Kalau premis minornya membenarkan salah satu alternative,
simpulannya akan menolak alternatife yang lain.
Contoh :
Dia adalah
seorang kiai atau professor.
Dia seorang
kiai.
Jadi, dia bukan
seorang professor.
Dia adalah seorang
kiai atau professor.
Dia bukan
seorang kiai.
Jadi, dia
seorang professor.
d.
Entimen
Sebenarnya,
silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan
maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai
premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh :
Semua sarjana adalah orang cerdas.
Ali adalah seorang sarjana.
Jadi, Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme
ini dapat ditarik satu entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia
adalah seorang sarjana”.
Beberapa contoh
entimen :
Dia menerima hadiah pertama karena
dia telah menang dalam sayembara itu.
Dengan demikian, silogisme dapat dijadikan entimen. Sebaliknya,
sebuah entimen juga dapat diubah menjadi silogisme.
B . Pernalaran Induktif
Sebelum
membahas tentang penalaran induktif
lebih baik kita mengetahui apa itu penalaran.
Penalaran Induktif merupakan penalaran
yang bertolak dari pernyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan
yang umum. Dengan kata lain simpulan yang diperoleh tidak boleh khusus dari
pada pernyataan (premis).
Penalaran secara induktif dimulai
dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khas dan terbatas dalam
menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Contoh :
Kerbau punya
mata. Anjing punya mata. Kucing punya mata.
Setiap hewan
punya mata.
Contoh
:
Jika ada udara,
manusia akan hidup.
Jika ada udara,
hewan akan hidup.
Jika ada udara,
tumbuhan akan hidup.
Jika ada udara,
makhluk hidup akan hidup.
Beberapa bentuk
penalaran Induktif adalah sebagai berikut:
1.Generalisasi
Generalisasi adalah proses pernalaran
yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk
mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala dan data, kita
ragu-ragu mengatakan bahwa “ Lulusan sekolah A pintar- pintar.” Hal ini dapat
kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan memberikan gambaran
seperti itu.
Contoh Generalisasi :
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika
dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika
dipanaskan, logam memuai
Benar
atau tidak benarnya simpulan dari generalisasi itu dapat dilihat dari hal-hal berikut :
a.
“Data itu harus memadai jumlahnya. Makin banyak
data yang
dipaparkan, makin benar simpulan yang
diperoleh.
b.
Data itu harus mewakili keseluruhan. Dari data
yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang benar.
c.
Pengecualian perlu diperhitungkan karena
data-data yang mempunyai sifat khusus
tidak dapat dijadikan data.”[2]
2. Analogi
Analogi adalah cara penarikan penalaran secara membandingkan dua hal
yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh Analogi :
Nina adalah
lulusan akademi A.
Nina dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah
lulusan akademi A.
Oleh sebab itu,
Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan Penalaran secara analogi
adalah :
a. Analogi
dilakukan untuk meramalkan kesamaan.
b. Analogi
digunakan untuk menyingkapkan kekeliruan.
c. Analogi
digunakn untuk menyusun klasifikasi.
3.Hubungan Kausal
Hubungan
Kausal adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling
berhubungan. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam kehidupan
sehari-hari, hubangan kausal ini sering kita temukan. Contoh, Hujan turun dan jalan becek. Ia kena penyakit
kanker otak dan meninggal dunia. ”Dalam kaitannya dengan hubungan kausal, ada
tiga hubungan antar masalah yaitu :”[3]
a.
Sebab-Akibat
Sebab-akibat
ini berpola A menyebabkan B. Di samping itu, hubungan ini dapat pula berpola A
menyebabkan B,C,D dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang dianggap
penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
b.
Akibat-Sebab
Akibat-sebab
ini dapat kita lihat pada peristiwa seseorang yang pergi ke dokter. Ke dokter
merupakan akibat dan sakit merupakan sebab. Dan dalam hal ini peristiwa sebab
merupakan simpulan.
c.
Akibat-Akibat
Akibat-akibat
adalah suatu penalaran yang menyiratkan penyebabnya. Peristiwa “akibat”
langsung disimpulkan pada suatu “akibat” yang lain. Contoh : Ketika pulang dari
pasar,Ibu Nina melihat tanah di halamannya becek. Ibu lamgsung menyimpulkan
bahwa kain jemuran di belakang rumahnya pasti basah.
Dalam
hal ini penyebabnya tidak ditampilkan, yaitu hari hujan.
Dalam proses pernalaran,
“akibat-akibat”,peristiwa tanah becek merupakan data dan peristiwa kain jemuran
basah merupakan simpulan.
C. Kesalahan
Dalam Pernalaran.
Kesalahan pernalaran dapat terjadi di dalam
proses berpikir untuk mengambil keputusan. Hal ini terjadi karena ada kesalahan
pada cara penarikan kesimpulan. Salah nalar lebih dari kesalahan karena
gagasan, struktur kalimat, dan karena dorongan emosi.
Gagasan,pikiran,kepercayaan,simpulan yang
salah, keliru, atau cacat. Dalam ucapan atau tulisan kerap kali kita dapati
pernyataan yang mengandung kesalahan. Ada kesalahan yang terjadi secara tak
sadar karena kelelahan atau kondisi mental yang kurang menyenangkan, seperti
salah ucap atau salah tulis misalnya. Ada pula kesalahan yang terjadi karena
ketidaktahuan, disamping kesalahan yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu.
Kalimat – Kalimat yang seperti itu disebut kalimat dari hasil salah nalar.
Kesalahan dalam Penalaran dapat terbagi menjadi
beberapa macam antara lain:
1.
Kesalahan Karena Generalisasi yang Terlalu Luas
Salah nalar jenis ini disebabkan oleh jumlah
premis yang mendukung generalisasi tidak seimbang dengan besarnya generalisasi
itu sehingga simpulan yang diambil menjadi salah. Contoh salah nalar jenis ini
adalah
a.
Gadis bandung cantik-cantik
b.
Perekonomian Indonesia sangat berkembang.
2.
Kesalahan Analogi.
Salah
nalar seperti ini dapat terjadi apabila orang menganalogikan
sesuatu dengan
yang lain dengan anggapan persamaan salah satu segi akan memberikan kepastian
persamaan pada segi yang lain.
Contoh :
Farida, seorang
alumni Universitas Indonesia, dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik. Oleh
sebab itu, Tina, seorang alumni Universitas Indonesia, tentu dapat
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
3.
Deduksi
yang Salah
Hal ini terjadi karena orang salah
mengambil simpulan dari suatu silogisme dengan diawali oleh premis yang salah
atau tidak memenuhi syarat.
Contoh
:
a.
Pak Ruslan tidak dapat dipilih sebagai lurah di
sini karena dia miskin
b.
Dia pasti cepat meninggal karena dia menderita
penyakit jantung.
4.
Pemilihan Terbatas pada Dua Alternative
Salah
nalar ini dilandasi oleh penalaran alternative yang tidak tepat
dengan pemilihan “itu” atau “ ini”
Contoh
:
a.
Engakau harus mengikuti kehendak ayah, atau
engkau harus pergi dari rumah ini.
b.
Engkau harus memilih antara hidup di Jakarta
dengan serba kekurangan dan hidup di kampong dengan menanggung malu.
5.
Penyebab yang Salah Nalar
Salah
nalar jenis ini disebabkan oleh kesalahan menilai sesuatu
sehingg mengakibat terjadinya
pergeseran maksud. Orang tidak
menyadari bahwa yang dikatakannya itu
adalah salah.
Contoh :
a.
Kalau ingin dikenal orang, kita harus memakai
kacamata
b.
Matanya buta sejak beberapa waktu yang lalu.
Itu tandanya dia melihat gerhana matahari total.
6.
Argumentasi Bidik Orang
Salah
nalar jenis ini adalah salah nalar yang disebabkan oleh sikap
Menghubungkan sifat
seseorang dengan tugas yang diembannya. Dengan kata lain, sesuatu itu selalu
dihubungkan dengan orangnya.
Contoh :
a.
Program KB tidak dapat berjalan di desa kami
karena peugas keluarga berencana itu mempunyai anak 6 orang.
b.
Dapatkah dia memimpin kita kalau dia sendiri
belum lama ini bercerai dengan istrinya?
7.
Meniru-niru yang Sudah Ada
Salah
nalar jenis ini adalah salah nalar yang berhubungan dengan
anggapan bahwa
sesuatu itu dapat kita lakukan kalau atasan kita melakukan hal itu .
Contoh :
Siswa SMA seharusnya
dibenarkan mempergunakan kalkulator ketika menyelesaikan soal matematika sebab
professor pun menggunakan kalkulator ketika menyelesaikan soal matematika.
8.
Penyamarataan Para Ahli
Salah
nalar ini disebabkan oleh anggapan orang tentang berbagai ilmu
dengan pandangan yang sama. Hal ini akan mengakibatkan kekeliruan
mengambil simpulan.
Contoh
:
Pembangunan
pasar swalayan itu sesuai dengn saran Joko, seorang ahli di bidang perikanan.
BAB
III
Penutup
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat di simpulkan bahwa Pernalaran adalah proses berpikir yang
bertolak dari pengamatan indera (observasi empirik) yang menghasilkan sejumlah
konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang
diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang
sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran terdapat dua cara untuk
menalar yaitu: Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar