Minggu, 16 Juni 2013

Manusia sebagai Makhluk Sosial


BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah

Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah yang di anugrahi akal pikiran dan memiliki potensi untuk beriman kepada Allah dan dengan akalnya mampu memahami dan mengamalkan wahyu serta gejala-gejala alam, memiliki rasa bertanggung jawab atas segala tingkah laku dan berakhlak. Dengan anugrah itulah yang menjadikan manusia sebagai makhluk mulia, dimana makhluk lain tidak memiliki keistimewaan tersebut. Sebagai individu, manusia dituntut untuk dapat mengenal serta memahami tanggung jawabnya bagi dirinya sendiri, masyarakat dan kepada sang pencipta.
Perkembangan manusia secara peroranganpun melalui tahap-tahap yang memakan waktu puluhan atau bahkan belasan tahun untuk menjadi dewasa. Upaya pendidikan dalam menjadikan manusia semakin berkembang setiap potensi yang ada pada dirinya secara optimal dan untuk memenuhi kebutuhan.
Sebagai makhluk Individu, apabila menganggap dirinya selalu benar, egosentris, mau menang sendiri, tidak mau mengalah, jasar, tidak toleran, memandang masalah hanya dari sudut pandangnya saja,:mka dia termasuk dalam pengaruh negative sebagai makhluk individu. Perlu diingat pula Rasuluallah membutuhkan waktu dan tempat untuk merenung memikirkan segala kenikmatan yang telah dikaruniai oleh sang pencipta.

2.     Rumusan Masalah

Berawal dari latar belakang tersebut, kami mencoba menyampaikan permasalahan antara lain:
1.      Bagaimana hakekat manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
2.      Bagaimana peranan manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
3.      Bagaimana dinamika interaksi sosial ?
4.      Bagaimana dilemma antara kepentingan individu dan kepentingan masyarakat ?




3.     Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kami tentang manusia sebagai makhluk individu.


4.     Metode dan prosedur

Metode yang digunakan penulis dalam penyusunan makalah ini yaitu dengan mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan browsing di internet.




BAB II
PEMBAHASAN


A.     Hakekat Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
                                        
1)     Pengertian manusia sebagai makhluk individu
Manusia,makhluk dan individu secara etimologi diartikan sebagai berikut:
1.      Manusia berarti makhluk yang berakal budi dan mampu menguasai makhluk lain
2.      Makhluk yaitu suatu yang diciptakan oleh tuhan.
3.      Individu mangandung arti seseorang, pribadi, organism yang hidupnya berdiri sendiri. Secara fisiologis ia bersifat bebas, tidak mempunyai hubungan organic dengan sesame.
Kata manusia berasal dari kata manu (sansekerta) atau mens (latin) yang berarti berfikir, berakal budi,atau homo (latin) yang berarti manusia. Istilah individu berasal dari kata bahasa latin,yaitu individium, yang artinya sesuatu yang tidak dapat dibagi-bagi lagi atau suatu kesatuan yang terkecil dan terbatas.
Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualis. Artinya  selain sebagai makhluk individu, manusia berperan juga sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk individu manusia merupakan makhluk ciptaan tuhan yang terdiri atas unsure jasmani (raga) dan rohani (jiwa) yang tak dpat dipisah-pisahkan. Jiwa dan raga inilah membentuk individu.
Manusia juga diberi kemampuan ( akal, pikiran, dan perasaan) sehingga sanggup berdiri sendiri dan bertanggung jawab atas dirinya. Disadari atau tidak, setiap manusia senantiasa akan berusaha  mengembangkan kemampuan pribadinya guna memenuhi hakikat individualitasnya (dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidupnya). Hal terpenting yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi dengan akal pikiran, perasaan dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas hidupnya. Manusia adalah ciptaan tuhan dengan derajat palingt tinggi di antara ciptaan-ciptaan yang lain.

Konsekuensi Manusia Sebagai Makhluk Individu
Dalam keadaan status manusia sebagai makhluk individu, segala sesuatu yang menyangkut pribadinya sangat ditentukan oleh dirinya sendiri, sedangkan orang lain lebih banyak berfungsi sebagai pendukung. Kesuksesan seseorang misalnya sangat tergantung pada niat, semangat dan usahanya yang disertai dengan do’a kepada tuhan secara pribadi. Demikian juga mengenai baik buruknya seseorang di hadapan tuhan dan sesame manusia, itu semua sangat dipengaruhi oleh sikap dan prilaku manusia itu sendiri, jika iman dan takwanya mantap maka dihadapan tuhan menjadi baik, tetapi jika sebaliknya, maka dihadapan tuhan menjadi jelek. Jika sikap dan prilaku individunya baik terhadap orang lain, tentu orang lain akan baik pula terhadap orang tersebut.
Konsekuensi (akibat) lainnya, masing-masing individu juga harus mempertanggung jawabkan segala perilakunya secara moral kepada dirinya sendiri dan kepada tuhan. Jka prilaku individu itu baik dan benar maka akan dinikmati akibatnya, tetapi jika sebaliknya, akan diderita akibatnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia ebagai individu yang sudah dewasa memiliki konsekuensi tertentu, antara lain:
dihadapan Merawat diri bersih, rapi, sehat dan kuat
1.      Hidup mandiri
2.      Berkepribadian baik dan luhur
3.      Mempertanggungjawabkan perbuatannya
Supaya konsekuensi tersebut diatas dapat direalisasikan dalam suatu kenyataan, maka masing-masing individu harus senantiasa:
1.      Selalu bersih, rapi, sehat dan kuat
2.      Berhati nurani yang bersih
3.      Memiliki semangat hidup yang tinggi
4.      Memiliki semangat hidup yang tangguh
5.      Memiliki cita-cita yang tinggi
6.      Kreatif dan gesit dalam memanfaatkan potensi alam
7.      Berjiwa besar dan penuh optimis
8.      Mengembangkan rasa perikemanusiaan
9.      Selalu berniat baik dalam hati
10.  Menghindari sikap statis, pesimis, pasif, maupun egois
2)     Manusia sebagai makhluk sosial
Plato mengatakan, makhluk hidup yang disebut manusia merupakan makhluk sosial dan makhluk yang senang bergaul/berkawan. Status makhluk sosial selalu melekat pada diri manusia. Manusia tidak bisa bertahan hidup secara utuh hanya dengan mengendalkan dirinya sendiri saja. Sejak lahir sampai meninggal dunia, manusia memerlukan bantuan atau kerjasama dengan orang lain.
Ciri utama makhluk sosial adalah hidup berbudaya. Dengan kata lain hidup menggunakan akal budi dalam suatu system nilai yang berlaku dalam kurun waktu tertentu. Hidup berbudaya tersebut meliputi filsafat yang terdiri atas pandangan hidup, politik, teknologi, komunikasi, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan.
Menurut Aristoteles (384-322 SM), Manusia adalah makhluk yang pada dasarnya selalu ingin bergaul dan berkumpul dengan sesame manusia lainnya (zoon politicon yang artinya makhluk yang selalu hidup bermasyarakat) Pada diri manusia sejak dilahirkan sudah memiliki hasrat/bakat/naluri yang kuat untuk berhungan atau hidup dtengah-tengah manusia lainnya. Naluri manusia untuk hidup bersama dengan manusia lainnya disebut Gregoriousness.
Manusia berperan sebagai makhluk individu dan sosial yang dapat dibedakan melalui hak dan kewajiban. Namun keduanya tidak dapat dipisahkan  karena manusia merupakan bagian dari masyarakat.Hubungan manusia sebagai makhluk individu dengan masyarakat terjalin dalam keselarasan, keserasian, dan keseimbangan. Oleh karena itu harkat dan martabat setiap individu diakui secara penuh dalam mencapai kebagiaan bersama.
Masyarakat merupakan wadah bagi para individu untuk mengadakan interaksi sosial dan interelasi sosial. Interaksi merupakan aktivitas tibal balik antara individu dalam suatu pergaulan hidup bersama. Intraksi dimaksud berproses sesuai dengan perkembangan jiwa dan fisik manusia masing-masing serta sesuai dengan masanya. Pada masa bayi, mereka berinteraksi dengan keluarganya melalui berbagai kasih saying. Ketika sudah bisa berbicara dan berjalan, Interaksi mereka meningkat lebih luas lagi dengan teman-teman sebayanya melalui berbagai permainan anak-anak atau aktivitas lainnya. Proses interaksi mereka terus berlanjut sesuai dengan lingkungan dan tingkat usianya, dari mulai interaksi non formal seperti berteman dan bermasyarakat sampai interaksi formal seperti berorganisasi, dan lain-lain.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi manusia hidup bermasyarakat, yaitu:
1.      Faktor alamiah atau kodrat tuhan
2.      Faktor saling memenuhi kebutuhan
3.      Faktor saling ketergantungan
Keberadaan semua faktor tersebut dapat diterima oleh akal sehat setiap manusia, sehingga manusia itu benar-benar bermasyarakat, sebagaimana di ungkapkan oleh Ibnu Khaldun bahwa hidup bermasyarakat itu bukan hanya sekedar kodrat tuhan melainkan juga merupakan suatu kebutuhan bagi jenis manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jika tingkah laku timbal balik (interaksi sosial) itu berlangsung berulang kali dan terus menerus, maka interaksi ini akan berkembang menjadi interelasi sosial. Interelasi sosial dalam bermasyarakat akan tampak dalam bentuk sense of belonging yaitu suatu perasaan hidup bersama, sepergaulan, dan selingkungan yang dilandasi oleh rasa kemanusiaan yang beradab,kekeluargaan yang harmonis dan kebersatuan yang mantap.
Dengan demikian tidak setiap kumpulan individu merupakan masyarakat. Dalam kehidupan sosial terjadi bermacam-macam hubungan atau kerjasama, antara lain hubungan antar status, persahabatan, kepentingan, dan hubungan kekeluargaan. Sebagai makhluk sosial, manusia dikaruniai oleh Sang pencipta antara lain sifat rukun sesame manusia.

B.     Peranan Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial

Sebagai makhluk hidup yang berada di muka bumi ini keberadaan manusia adalah sebagai makhluk  individu dan makhluk sosial, dalam arti manusia senantiasa tergantung dan atau berinteraksi dengan sesamanya. Dengan demikian, maka dalam kehidupan lingkungan sosial manusia senantiasa terkait dengan interaksi antara individu manusia, interaksi antar kelompok,  kehidupan sosial manusia dengan lingkungan hidup dan alam sekitarnya, berbagai proses sosial dan interaksi sosial, dan berbagai hal yang timbul akibat aktivitas manusia seperti perubahan sosial.
Secara sosial sebenarnya manusia merupakan makhluk individu dan sosial yang mempunyai kesempatan yang sama dalam berbagai hidup dan kehidupan dalam bermasyarakat, artinya setiap individu manusia memiliki hak kewajiaban dan kesempatan yang sama dalam menguasai sesuatu, misalnya bersekolah, melakukan pekerjaan, bertanggung jawab dalam keluarga serta berbagai aktivitas ekonomi, politik dan bahkan beragama, Namun demikian, kenyataan setiap individu tidak dapat menguasai atau mempunyai kesempatan yang sama. Akibatnya masing-masing individu mempunyai peran dan kedudukan yang tidak sama atau berbeda. Banyak faktor yang menyebkan itu bisa terjadi, misalnya kondisi ekonomi (ada si miskin ada si kaya), sosial ( warga biasanya dengan pak RT, dll), politik (aktifitas partai dengan rakyat biasanya), budaya (jago tari daerah dengan tidak) bahkan individu atau sekelompok manusia itu sendiri. Dengan kata lain, stratifikasi sosial mulai muncul dan tampak dalam kehidupan masyarakat tersebut.

C.      Dinamika Interaksi Sosial

Interaksi sosial merupakan faktor utama dalam kehidupan sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan sosial yang dinamis, yang menyangkut hubungan timbale balik antar individu, antar kelompok manusia, maupun anatar orang dengan kelompok manusia. Bentuk interaksi sosial adalah akomodasi, kerja sama, persaingan, dan pertikaian.
Apabila dua orang atau lebih bertemu akan terjadi interaksi sosial. Interaksi sosial tersebut bisa dalam situasi persahabatan ataupun permusuhan, bisa dengan tutur kata, jabat tangan, bahasa dahsyat, atau tanpa kontak fisik. Bahkan, hanya hanya dengan bau keringat sudah terjadi interaksi sosial karena sudah merubah perasaan tau saraf orang yang bersangkutan untuk melakukan tindakan. Interaksi sosial hanya dapat berlangsung antar pihak-pihak apabila terjadi reaksi dari kedua belah pihak, Interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila manusia mengadakan hubungan yang langsung dengan sesuatu yang sama sekali tidak berpengaruh terhadap system sarafnya sebgai akibat hubungab yang di maksud.
Ciri-ciri interaksi sosial adalah sebagai berikut:
1.      Pelakunya lebih dari satu orang
2.      Adanya komunikasi antar pelaku melalui kontak sosial
3.      Mempunyai maksud dan tujuan, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan pelaku.
4.      Ada dimensi waktu yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung
Syarat terjadinya interaksi sosial adalah adanya kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial bersal dari kata con atau cun yang artinya bersama-sama, dan tango yang artinya menyentuh. Namun, kontak sosial tidak hanya secara harfiah bersentuhan badan, tetapi bisa lewat bicara, melaui telepon, telegram, surat radio, dan sebagainya.
Kontak dapat bersifat primer dan sekunder. Kontak primer terjadi apabila ada konbtak langsung  dengan cara berbicara, jabat tangan, tersenyum, dan sebagainya. Kontak sekunder terjadi dengan perantara. Kontak sekunder lansung, misalnya melalui telepon, radio, tv, dan sebagainya.
Kontak sosial dapat terjadi dalam tiga bentuk, yaitu :
1.      Kontak  antar individu, misalnya seorang siswa baru mempelajari tata tertib dan budaya sekolah.
2.      Kontak antar individu, dengan suatu kelompok, misalnya seorang guru mengajar di suatu kelas tentang suatu poko bahasan.
3.      Kontak antarkelompok dengan kelompok lain, misalnya class meeting antarkelas.
Komunikasi adalah proses memberikan tafsiran pada perilaku orang lain yang berwujud pembucaraan, gerak-gerik badaniah atau sikap, atau perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan orang tersebut. Dengan tafsiran pada orang lain, seseorang member reaksi berupa tindakan terhadap maksud orang lain tersebut. Misalnya, jika anda melambaikan tangan dipinggir jalan atau halte bus maka salah satu bus yang lewat pasti akan berhenti, jadi komunikasi merupakan proses saling member penafsiran terhadap tindakan atau perilaku orang lain.
Berlangsungnya interaksi sosial didasarkan atas berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati, motivasi, dan empati. Dengan demikian dinamika interaksi sosial  yang terjadi dalam kehidupan  sosial dapat beragam.


D.     Dilema Antara Kepentingan Individu Dan Kepentingan Masyarakat

Setiap yang namanya manusia selalu terdiiri dari dua kepentingan, yaitu kepentingan individu yang termasuk kepentingan keluarga, kelompok atau golongan dan kepentingan masyarakat yang termasuk kepentingan rakyat.
Dalam diri manusia, Kedua kepentingan itu satu sama lain tidak dapat dipisahkan. Apabila salah satu kepentingan tersebut hilang dari diri manusia, akan terdapat satu manusia yang tidak bisa membedakan suatu kepentingan,jika kepentingan indivudu yang hilang dia menjadi lupa pada keluarganya, jika kepentingan masyarakat yang di hilangkan dari diri manusia banyak timbul masalah kemasyarakatan contonya korupsi. Inilah yang menyebkan kebingungan atau delima manusia jika mereka tidak bisa membagi kepentingan individu dan kepentingan masyarakat.




BAB III
PENUTUP

1.     Kesimpulan
Manusia sebagai makhluk individu mengandung arti bahwa unsure yang opada pada diri individu tidak terbagi, merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan.
Makhluk sosial adalah makhluk yang selalu berinteraksi dengan sesamanya, saling membutuhkan satu sama lain. Alasan manusia dikatakan sebagai makhluk sosial karena:
a.       Adanya dorongan untuk berinteraksi
b.      Manusia tunduk pada aturan norma sosial
c.       Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain
d.      Manusia tidak dapat hidup sebgai manusia jika tidak ada ditengah-tengah manusia.




DAFTAR PUSTAKA
Ridwan Effendi, dkk. (2007). Pendidikan Lingkungan Sosial Budaya Dan Teknologi. Bandung : Yasindo Multi Aspek.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar